Minggu, 19 Januari 2014

DIBILIK BERATAP TENDA

perjuangan menjadi seorang ibu dengan jutaan beban yang di embannya mungkin amatlah sulit, namun disisi kisah yang ia tuturkan aku menangkap sebuah kisah yang begitu mengagumkan. keikhlasan seorang ibunampak sangat jelas dan mengharukanku.
ibu yang telah besarkanku ternyata menyimpan kisah besar dalam hidupnya sejak ia mengandungku hingga aku dewasa ini. tak banyak orang yang tahu atau bahkan ingin tahu tentang itu semua. disisi lain ayahku pun tak mau kami tahu kisah mereka berdua, tak banyak yang pernah ia beritakan ataupun ia sampaikan kecuali ajaran-ajaran yang menurutny akan membawa kami pada kebahagiaan.
cerita itu terjadi di sekitar jembatan kembar sunggumisa kota Gowa, ibuku yang sedang hamil besar saat itu harus rela berada dalam kondisi yang sulit setelah mendapat penolakan dari orang tua dan saudaranya untuk membangun rumah di sekitar rumah kakek dan  nenekku.
penolakan yang terjadi begitu saja tak pernah ibuku sangka karena permintaan itu sebenarnya datang dari kakek dan nenek sendiri tetapi semua diluar dugaan, ketika bahan bangunan telah tiba mereka menolaknya.
keharusan yang membuat ibu pergi membawa luka dan rasa malu terhadap ayahku. tetapi kesetiaan ayah membawa mereka pada satu solusi. ayah kembali ke gowa dan mencari keluarganya yang masih baik dan menerinya hingga akhirnya menerima ayah untuk di beri satu petak lahan yang dipinjamkan hingga ayahku bisa mendapatkan rumah. 
satu petak kecil lahan yang didapat oleh ayah akhirnya segera di bangunkan sebuah gubuk  saat itu juga. tak mau berlama-lamaan dan tak mau menunggu lama yang membuat mereka harus menumpang kiri kanan akhirnya rumah gubuk kecil telah berdiri tampa atap. 
ibuku merasa malu akan keluarga ayah untuk terus menumpang dirumah mereka hingga akhirnya ibu yang sedang hamilkan ku memilih tinggal dalam gubuk kecil tak beratap itu.
ayahku pun tetap setia berada disampingnya dean membuatkan tenda sebagai atap yang melindungi mereka malam itu. 
sungguh berat perjalanan yang ia rasakan berdua bersama kakak ku yang cacat, bahkan beban di perutnya pun harus ia rasakan dalam bilik beratap tenda itu. ibu memang sosok yang begitu ikhlas dan begitu tegar bagiku, tak banyak ibu yang pernah rasakan itu dan akhirnya bisa bertahan.
aku memang telah dewasa, namun kisah itu jadi sebuah semangat yang menyakitkan bagiku. aku yang masih seonggok daging dalam perutnya tak pernah rasakan itu tetapi bagiku kisah itu adalah sebuah cerita yang harus buat aku bangkit dan bangun dari semua yang kujalani ini.

8 FEBRUARI1992

sejarah yang mungkin menjadi awal semua ini dimulai pada 8 februari 1992 di sebuah tempat yang dulunya pernah menjadi sebuah ibukota kerajaan yang besar,Gowa. Tak banyak yang mengenali diriku selain dari orang sekitar, teman dan tentunya orang tuaku.
Kelahairanku menjadikan sebuah kisah manusia baru akan dimulai, kebahagiaan akan hadirnya seorang anak dalam keluarga tentu sangat membahagiakan bagi keluarga itu. Namun kisahku mungkin tak semanis apa yang yang dirasakan oleh orang-orang. 
Aku terlahir dari keluarga TNI yang ketat, tegas, dan disiplin tapi kehadiranku seolah sebuah kesedihan bagi ibuku. Keputusannya menjadi seorang ibu untukku dan kakakku harus ia bayar dengan ketidak setuan orang tuanya. tak banyak alasan yang bisa kakek dan nenek bisa berikan atas apa yang mereka perbuat sehingga akhir hayat mereka tak ada yang bisa kuketahui.
Tak seperti ibu muda lainnya atau bahkan adik-adik ibuku yangg merasakan sulit dan sakitnya melahirkan seorang anak dengan duungan ibunya dan juga perhatiankeluarganya. tapi itulah ibuku yang begitu ikhlas menerima semua keadaan dan juga kondisi yang di alaminya. 
sebuah perjuangan yang berat untuk seorang ibu adalah bagaimana ia membersarkan aku dan memberikan aku kebutuhanku dalam masa-masa sendirinya yang harus mengurusi aku dan kakakku yang cacat.
sebagai sebuah kisah yang pilu di hati dan fikiranku, aku merasa malu akan diriku bahwa tak ada apa-apa yang bisa ku lakukan untuk bisa berikannya sebuah senyuman atas kesusahaannya hadirkan aku dengan tubuh yang kupakai bergerak dan kupakai utuk hidup.
kisah ini berlanjut panjang kala bukan hanya ketika ibu harus membayar keputusan membangun keluarga dengan orang tua yang telah lahirkannya. kisah ini lagi-lagi berlanjut kala ibu harus rela menerima cerca keluarga ayahku yang juga tak mau menerima ibu sebagai iparnya. 
sungguh malang dan begitu keras jalan yang ibuku lalui dengan semua itu. sungguh kasian cerita seorang ibu yang harus hidup dengan kakinya sendiri dengan bantuan ayahku yang selalu siap menopangnya.
dan yang dapat aku tahu kini adalah satu-satunya kebahagiaan yang ibu dapat adalah ketika ia sadar bahwa seorang lelaki yang setia dan rela jauh dari keluarganya, selalu ada untuknya. mungkin sebuah beban dan bahkan jutaan beban yang menyelimuti ibuku dapat pergi menjauh dengan ayahku yang selalu berada disampingnya.