Saya mendengar La Galigo pertama kali dua tahun silam, saat sejumlah media sibuk berbicara tentang sebuah naskah kuno berjudul I La Galigo. Waktu itu, saya belum tertarik untuk menuliskannya dan baru memiliki gambaran besarnya. Namun, beberapa hari ini, saya (admin Cerita Rakyat)
memilih mengambil tema ini sebagai satu postingan menarik di blog yang
saya kelola sejak pertengahan 2012 lalu. Tapi, saya hanya mengantarkan
teman-teman blogger untuk hanya mengenal gambaran besar naskah tersebut.
Karena, jujur saja saya belum pernah sekalipun membaca naskah I La Galigo, baik versi tulis ulang, versi novel, apalagi teks asli.
Jadi, apa itu I La Galigo? Menurut yang saya dapatkan di Indonesiabuku.com.
Naskah I La Galigo merujuk pada manuskrip kuno milik Suku Bugis yang ditemukan pada abad ke-12. Dengan tebal lima ribu halaman, I La Galigo diakui dunia sebagai karya sastra terpanjang yang pernah ada. Selama berabad-abad, naskah itu dihapal dan dilestarikan oleh Bissu (komunitas spiritual pemegang teguh adat Bugis kuno). Walaupun kini, keberadaan mereka hampir punah.
I La Galigo sendiri saat ini menjadi salah satu bahan kajian yang paling menarik dalam studi sastra, budaya, dan agama di universitas-universitas Barat. Beberapa tahun lalu, epik yang lebih panjang dari Ramayana maupun Mahabarata ini dipentaskan keliling dunia oleh sebuah grup teater asing. Beberapa bagian naskah I La Galigo bercerita mengenai bencana alam. Naskah itu juga bercerita tentang proses penciptaan dunia dan sejarah konflik umat manusia.
Pada kenyataannya, banyak juga masyarakat Sulawesi Selatan yang belum mengetahui tentang manuskrip I La Galigo. Padahal, manuskrip tersebut karya dan milik mereka. Ironis memang. Walau begitu, pada 2011, Toyota Foundation berniat membuat I La Galigo versi komik. Apakah itu terlaksana? Saya belum mendapat sumbernya.
Kiranya, begitu saja artikel perkenalan tentang I La Galigo yang bisa saya suguhkan pada teman-teman blogger sekalian. Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar