Selasa, 03 Juni 2014

Sajak : “ TENTANG PONG MARAMBA’ “

( Sebuah Permenungan Sejarah )

Inilah tokoh terkuat kedua di Toraja, setelah Pong Tiku.
Ialah : Pong Maramba’ namanya, Rantepao basisnya.
Kebesarannya dalam Adat-Budaya Toraja tak terkira..
Kekuatan Politik dan Harta, serta pasukan bersenjata.

Didorong oleh keserakahan, tahun 1906 dari Tanah Luwu,
Masuklah para Serdadu Belanda menembus Toraja via Balusu
Bagai menemui tanah moyangnya ia merampas yang ia mau
Mengangkangi Tatanan Adat dan Budaya Lamunan Lolota’.

Setahun saja kedatangannya, Pong Maramba’ bangkit melawan.
Tahun 1907, Buntu  Pune dipilh menjadi Camp perlindungan.
Disanalah pertahanan dan pelatihan bersejatanya dilakukan
Maka tersebutlah nama :“Benteng Perlindungan Buntu Pune..!”
Bermain “ politik musuh dalam selimut ” menjadi taktiknya.
Rante Karassik adalah wilayah kekuasaannya dimasanya.
Demikian smua itu ia lakukan karena lemahnya persenjataan.
Kekuatan otot tak berimbang, maka akal pun jadi andalan.

“Tak sudih ia Tanah Leluhurnya hidup dalam penjajahan
  Maka perlawanan menjadi sebuah pilihan tak terelakkan”.

Ya..ya..setahun saja pula sang penjajah telah merusak :
Tatanan 6 Wilayat Adat Toraja menjadi 32 Distric Belanda.
Lalu mengangkat sendiri Parengnge’ dan Camat Distric-nya
Apakah arti semuai ini bila bukan strategi “pecah-belah”..??

Ohhh..Politik aduh-domba adalah suatu taktik perang jitu..?
Agar orang-orang se-Kaum Satu Adat saling berperang..!!!
Kekuatan Sosial-Politik, Adat dan Budaya, mesti dibungkam,
Demikianlah model penaklukan ber-Budi diatas ke-Biadab-an.

Hari-hari penuh kepahitan 7 tahun berselang dalam penjajahan.
Lalu tibalah hari peng-Injil-an bagi Orang-orang Toraja,
Kata sang Penjajah :
“ Orang-orang harus dimerdekakan, sebagaimana  kata Injil, tapiii..
   Dimata kami hehe..kamu-kamu orang tetaplah  jajahan kami..?!”

Ohh..ambivalen..hati berharap, namum raga dimoncong senjata.
Dapatkah kuberdiam di atas semua ini..? Keluh Pong Maramba’.
Penjajahan..tetaplah penjajahan..kesengsaraan tak bertara…
Perlawana apa adanya haruslah dilakukan, walaupun kalah..!!

Adakah diantara-mu kini yang sudih untuk dijajah, walauuu…
Dengan janji : “Surga Rumah Bapa upah-mu asal tetap dijajah..?”
Ataukah, adakah diantaramu kini yang berani berkata :
“ Andai tak ada penjajahan, Orang Toraja takkan kenal Injil..??”

Adalah kemustahilan dan kemunafikan bila Injil sahabat Perang..?
Pater Nicolas Gervaise SJ, 1685, jauh sebelum Belanda menjajah
Telah meramalkan bahwasahnya Orang Toraja akan menerima Injil,
Namun ia menolak pekabaran Injil diatas Kendaran Perang..!

Rembulan bersinar trang dari balik-balik bukit bertudungkan awan.
Menerangangi segala keluh-dendam yang terhimpit di bawah tilam.
Dan di camp penjajah, Serdadu berkeliling di Meja Makan Malam,
Sejuknya dataran tinggi Toraja, membangkitkan nafsu makannya.

Maka dengan disertai Doa Makan pertanda Takut akan TUHAN,
Hehe…”Kerbau hasil Rampokannya..humm..dilahapnya habisss..!!”
Buatlah Film yang jujur tentang hal ini, maka didalam Bioskop
Engkau akan tertawa sambil kencing di celana..melihatnya...??!

Esok harinya matahari terbit kembali, sebagaimana ia adanya.
Hari-hari penjajahan menjadi pergulatan batin Pong Maramba’ :
“ Sampai kapankah akan kulihat kekejaman peradaban macam ini..
   Mengapa manusia tak ber-Adat menginjak-injak Tanah Leluhur..?”

Anjing-anjing melonglong dengan suara nestapa dimalam hari…
Burung-burung nazar berpesta bangkai manusia disiang hari..
Antara siang dan malam..perut manusia mengeroncong lapar..
Ohhh…hidup dijatah sementara penjajah dengan menu sehat.

Maka Inilah khobtah yang paling tepat dibrikan disaat itu :
“Bila ditampar senjata pipi kirimu, berilah juga pipi kananmu
  Bila kerbau-mu ia minta se-ekor, maka brilah penjajahmu 7 ekor..
  Demkianlah maka kasihmu akan nyata dimata penjajahmu..??!”

Ohhh..kekejian rohani, lebih jahat dari pada kemunafikan.
Adakah Sang Bapa  dan  Sang Anak pernah berkata :
“ Liciklah seperti Ular, dan tumpaslah dengan Senjata Perang
   Bagi yang menentangmu, asalkan itu demi Nama-KU..?
Ataukah..IA berkata : “berperanglah sambil meng-Injil..??

Kekejaman perang dan penjajahan ditentang oleh Terang Injil..!!!
Demikianlah..hari-hari semakin galau di Negeri dilandan Perang.
Kejujuran dan ketulusan didalam perang tak mungkin ada.??!
Perikehidupan..“biadab dipandang wajar, terlebih kebohongan”.
Inilah ramuan kekejian sempurna :“Politik+Perang+Propaganda”.

Ada yang menuduhku selaku “penghianat”, keluh Pong Maramba’.
Itulah konsekwesi dari strategi “ perang musuh dalam selimut ”.
Aku tak butuh gelar jasa Pahlawan dari  Belanda, untuk itu aku ingkar
Aku pun tak menuntut gelar  jasa ke-Pahlawan-an dari Negeriku ini

Aku bangkit berperang karena membela Kaum-ku, tak rela dijajah..
Aku mempertaruhkan segalanya demi Kaum-ku, demi Tanah Leluhurku.
Jiwa-raga..ya..kusadari tak panjang usia, karena hati menolak dijajah
Maka aku pun  melawannya dalam keterbatasan, demi martabat kita.

Adakah diantaramu yang dapat percaya seseorang dalam Perang..?
Dimasa damai pun, tak ada jaminan akan kejujuran dan ketulusan..!
Maka onar issue “Cinta Segi Tiga”..ditiupkan sebagai Perang Moral.
Demikianlah banyak “orang-orang buta” dibakar emosinya saat itu.

Ida..istri Loustrect menjadi “umpan politik moral” sebagai kelicikannya.
Alasan penentangan pelarangan perjudian sebagai taktik tipu dayanya.
Di tanah Kaum-ku kini, jejak politik pecah-belah masih saja membekas
Orang hidup saling curiga, tak saling percaya..ditengah Orang Percaya..?!

Keberpihakan kepada Penjajah sukses diraih, peng-Injil-an pun sukses :
“ Bahwa per-HAMBA-an harus dihentikan karena tidak sesuai INJIL.
   Namun..kamu sebagai orang jajahanku..menjadi HAMBA-ku kini..
   Inilah KABAR BAIK bagimu bahwa kamu tetap ORANG JAJAHANKU..!”

Ohhh..peradaban macam apakah yang ditinggal oleh Penjajah  keji ini..
Bukankah Injil pembawah Damai di  Bumi dan di Surga seru Malaekat..?
Tetapi mengapa benih keturun sulit berdamai bila berseteru..kubertanya :
 “ Apakah yang kau buat di Tanah Kristiani..atas segala ke-IMAN-nanmu..?”

Janganlah kamu berkata : Kami dengan tekun mengajarkan tentang Moral
Sementara orang se-Kaum di Tanah Leluhurnya hidup tak saling percaya..?
Ataukah engkau berkata : kami kini anak-keturunan  ber-Pendidikan Tinggi,
Tetapi mengapa Tanah Moyangmu bagaikan Rumah Tak Berpenghuni..??

Aku, Pong Maramba’…bertanya kepadamu..maka jawablah sejujurnya..!!?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar