OLEH M.AMIN WAHID
Pemain Sunajo ini ,dimainkan minimal tiga
orang dan boleh lebih sesuai dengan kebutuhan tetapi jumlahnya harus
ganjil. Yang boleh menjadi pemain sumajo adalah mereka yang turunannya berasal dari para pemangku adapt/ yang pernah menjadi pemangku hadat ( TOMENGKENI). Sebelum mereka tampil (sumajo) maka mereka disiapkan pada suatu tempat dengan posisi sebagai berikut:
- Duduk sambil kaki kiri diduduki,
- Kaki kanan (lutut) berdiri,
- Kedua belah tangan mereka kepada bahagian depan dengan kepalan tangan,
- Mereka duduk bersaf.
Setelah melihat para pemain Kajangki
datang yang diikuti dengan komando tabuh/gong,maka secara serentak
mereka berdiri sambil menganggukkan kepala pertanda bahwa mereka sudah
siap untuk tampil. Sesudah itu mereka berjalan dengan posisi berbanjar
dan diikuti oleh pemain kajangki. Setelah tiba tempat dimana mereka akan
mempertunjukan Tarian Sumajo, maka pihak penari Sumajo menyusun posisi
mereka, sedang para pemain kajangki berada setengah lingkaran, suatu
pertanda bahwa penari Sumajo perlu dilindungi. Namun sebelum penari
Sumajo muncul dihadapan mereka ada duduk dewan hakim minimal tiga orang
yang terdiri dari:
- MACOA BAWALIPU,
- MINCARA OGE,
- ANRE GURU OLITAU/ AND.NANRA.
Setelah pertunjukan Sumajo usai, dengan
perintah tubuh mereka kembali ketempat semula, yang diantar oleh pemain
Kajangki, dan setelah mereka tiba ditempat, maka pemain kajangki kembali
duduk disekitar Dewan Hakim. Dan setelah mereka duduk, Macoa Bawalipu
menyampaikan titahnya sebagi berikut:
TAMAKA RANNU PADA MUITAO
MOMBORE, YAKIYA DAA SEDDE KEDO KEDONA SALAH SAITOMU,KEDO KEDO PISA
LAWADDI LAITA TOMATABBA, JAJIMAKOKKONI HARUSU MARO MO EJA EJA.
Pada saat Macoa Bawalipu menyampaikan
titahnya tersebut maka sarung yang ada ditangannya yang disebut Cinde,
dilemparkanlah kepada yang berbuat kesalahan tadi. Setelah yang
bersangkutan menerima Cinde tersebut maka dengan rasa ragu dan takut
menghadaplah dia ke Dewan Hakim untuk meminta maaf, akan tetapi Dewan
Hakim tidak menerimanya, justru yang bersangkutan melakukan Eja-Eja.
Eja-Eja adalah merupakan pantun jenaka, dan tidak terikat dengan bahasa,
malah kalau pelakonnya bergerak lucu, maka itulah yang sangat
diharapkan karena dapt membuat penonton tertawa. Bila yang bersangkutan
selesai melakukan eja-eja maka cinde yang ada pada tangannya dapat
diberikan kepada siapa saja yang dikehendakinya terkecuali kepada
pejabat pemerintah/pemangku hadat dan wanita. Dan apabila yang tersebut
juga diberikan maka permainan/tarian
dianggap selesai, dan cinde kembali diserahkan kembali kepada Macoa
Bawalipu. Cinde adalah selembar kain sarung panjang yang tidak terjahit
seperti sarung biasa yang dipegang oleh pemain Eja-Eja pada saat kena
giliran. Adapun alat kelengkapan Tarian Sumajo:
-
- Baju Bodo panjang (Baju laru ) warna merah,
- Sarung sutra warna putih,
- Selendang Warna putih
- Memakai sanggul tinggi.
SEKELUMIT NYANYIAN KAJANGKI.
LIPU BULLI NU AMBARO MPORO,PANGALLE AWAU PANGALLE TO RUMPAU,IYOBA PO LEMBANGKU,PANGANA WONRU TUU ITA PANA LIPU,IYAPO LADI PENNEYA ANANAPO MARAJA,MO EMBA PATOLA.
Wotu, Januari 2009.
M.Amin Wahid.Tomalatta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar